Minggu, 06 Agustus 2023

MEMBERDAYAKAN SANGSI SOSIAL

Rakyat Indonesia sebetulnya belum pernah merasakan kemerdekaan yang sebenarnya.
Sejak dahulu Rakyat kita dijajah oleh Raja2 ( Era Kerajaan ) dengan Doktrin ; Rakyat Adalah Kawulo Alit, kemudian beralih ke Era Penjajahan Belanda dengan Doktrinnya ; Rakyat yang membangkang adalah Kaum Pemberontak ( Kaum Ekstrimis ), berganti ke Era Penjajahan Jepang. Pada saat Orde Lama Rakyat Indonesia dijajah lagi oleh Presiden Sukarno ( menyatakan Presiden seumur hidup ), sampai diambil alih oleh Orde Baru kita masih juga dijajah oleh Era Suharto dengan Doktrinnya ; Rakyat yang tidak Sepaham adalah PKI dan Rakyat adalah Wong Cilik atau kawulo alit ( kembali kejaman kerajaan dulu / nostalgia-isme ).

Makanya tidak mengherankan jika Rakyat Indonesia tidak pernah merasakan MERDEKA dan tidak pernah menganggap bahwa "NEGARA INDONESIA ADALAH MILIK RAKYAT INDONESIA" bukan milik "PENGUASA"-nya. Jadi siapapun yang sudah dan akan berkuasa, Kita tetap Rakyat Indonesia, pemilik SAH Negeri ini. Nah untuk Era Reformasi sekarang ini, harus ada Pedidikan Politik dari Pemerintah maupun dari LSM atau Tokoh2 Masyarakat maupun para Cendekiawan, yaitu mengadakan Pembelajaran dan Penyadaran kepada Seluruh Rakyat Indonesia, bahwa ;
"RAKYAT INDONESIA ADALAH PEMILIK SAH NEGARA INI, MAJU ATAU TIDAKNYA NEGERI INI, TERGANTUNG KEPADA RAKYAT INDONESIA SENDIRI BUKAN TERGANTUNG KEPADA SIAPA PENGUASANYA" 

Kenapa di Indonesia menjadi sarangnya KKN, itu terjadi sebenarnya adalah kesalahan Kita, rakyat Indonesia sendiri karena Kita terlalu Pendiam dan masa bodoh. Segala permasalahan di negeri ini, selalu Kita bebankan ( sangat bergantung ) kepada Pihak Pemerintah dan DPR, sedangkan Kita Rakyat Indonesia Pemilik Negeri ini, tidak mau berperan sedikitpun.

Saya ingin memberi Ide, Masukan dan Gambaran tentang, apa itu “SANGSI SOSIAL”. 
Jika seluruh rakyat Indonesia sadar dan ikut merasa memiliki negara ini, harusnya Kita sebagai Rakyat Indonesia belajar KRITIS ( Peduli ) terhadap kejadian-kejadian disekeliling kita, tidak boleh masa bodoh dan diam saja. 

Contoh-contoh kasus ( Berdasarkan Pengalaman Pribadi ) ; 

1]. Ada mobil dinas ( plat merah ) parkir pada hari Minggu di sebuah tempat rekreasi dan penumpangnya ada Nenek, Kakek, Istri, anak-anaknya serta pembantunya, dan pada saat yang bersamaan KITA ada disampingnya, tapi KITA membiarkan mereka melakukan kesalahannya, menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi. 

2]. Suatu ketika saat Bulan Puasa tahun 2008, ada 7 orang pegawai negeri ( 3 orang laki-laki dan 4 orang perempuan ) memakai pakaian seragam KORPRI komplit pada jam kerja ( kira-kira jam 10 pagi ), mereka dengan santainya berjalan-jalan di sebuah Plaza / Mal sambil bersenda gurau ( mungkin sedang cari baju dan kue untuk lebaran ), sedang KITA yang ada di sekitarnya diam saja seribu basa. 

3]. Ada seorang ibu hamil didalam sebuah bis umum, disebelahnya ada orang setengah tua merokok dengan santainya. Sang ibu dengan terbatuk-batuk diam saja tak berkutik dan KITA yang ada di sekitarnya juga sama saja .... masa bodoh. 

4]. Saat Bis tadi mulai berjalan, ternyata sang Sopir menjalankan kendaraannya dengan ugal-ugalan, dia berhenti untuk ambil penumpang di depan rambu “dilarang berhenti” dan tidak mau minggir / menepi lagi, saat berjalan suka kebut-kebutan, serong sana serong sini katanya kejar setoran, sedang KITA semua yang ada di dalam sebagai penumpang mendiamkan dan membiarkannya.

Dan masih banyak lagi contoh-contoh seperti itu, yang menandakan KITA KURANG / TIDAK KRITIS ( tidak peduli ), itu mungkin disebabkan sebagian dari Kita memang TIDAK TAHU dan sebagian lainnya bahkan TIDAK PERDULI. 
Sekarang bayangkan jika SELURUH RAKYAT INDONESIA sudah sangat KRITIS dan PEDULI seperti di NEGARA-NEGARA MAJU, dan jika para pelanggar-pelanggar tersebut ditegur ditempat oleh banyak orang, berarti SANGSI SOSIAL sudah berjalan, pasti para pelanggar tersebut akan merasa MALU dan JERA untuk mengulangi kesalahannya maupun melakukan kesalahan lain.
Bayangkan jika SANGSI SOSIAL sudah membudaya dan memasyarakat ( dimasyarakatkan ), para Penegak Hukum, Aparat dan Pejabat yang berwenang akan lebih ringan pekerjaannya. Mereka akan lebih fokus pada pekerjaannya, yang lebih besar dan akan pasti akan lebih produkthf. 
Pelanggar hukum yang besar kita lawan dengan SANGSI HUKUM YANG TEGAS dan para pelanggar kecil bisa kita buat tak berkutik dengan SANGSI SOSIAL yang kita terapkan. 

Ini sebenarnya hanyalah sebuah IDE SEDERHANA dan tidak muluk-muluk. Ide Sederhana tentang kepedulian Kita semua untuk menjadi orang yang kritis dan peduli. kritis dan perduli terhadap kesewenang-wenangan yang terjadi di sekitar kita, dan ..... ..... ..... mulailah dari sekarang !!!!!!!! 

Jika kita semua ( terutama pada diri kita sendiri ) bersama-sama mau memulainya, semuanya akan menjadi keniscayaan. 
Pada awalnya pasti akan terasa berat, semua perjuangan memang berat dan butuh pengorbanan. Sebenarnya jika negara mau membantu agar rakyat Indonesia bisa menjadi KRITIS dan PEDULI, maka akan lebih cepat gerakan ini menjadi*suatu "GERAKAN NASIONAL".
Seharusnya adalah tugas dan kewajiban Negara-lah untuk mencerdaskan kehidupan seluruh Rakyat Indonesia sesuai dengan amanat UUD 1945, karena negaralah yang memiliki SARANA, KEKUATAN & DANA / ANGGARANNYA. 
Jika pemerintah mau dan Rakyat Indonesia mau, agar seluruh rakyat Indonesia menjadi KRITIS dan PEDULI, ada dua cara yang dapat dilakukan. CARA JANGKA PENDEK dan CARA JANGKA PANJANG.
A. CARA JANGKA PENDEK ; 
membuat Iklan-Iklan dan Propaganda-Propaganda melalui media masa, baik Koran, Radio maupun Televisi, dengan kemasan yang menarik ( Komunikatif, sederhana, mudah dicerna dan Lucu ) dengan topik-topik yang selalu berbeda-beda ( selalu segar & Up tu date ).
B. CARA JANGKA PANJANG ;
bisa dimasukkan melalui kurikulum pendidikan nasional kita, mulai TK, SD, SMP, SMA maupun di perguruan Tinggi.

"SEMAKIN KRITIS DAN PEDULI MASYARAKAT SUATU NEGARA, SEMAKIN MAJULAH NEGARA TERSEBUT" 

Untuk contoh kasus No. 3, tentang orang yang merokok di dalam bis ..... .. itu adalah pengalaman saya sendiri ... berani sumpah deh.
Saat itu saya ada di pulau Bali. Suatu ketika saya naik mini bus jurusan Denpasar Gilimanuk, saya naik di terminal Denpasar mau ke Tabanan. Saat saya naik bus tersebut, ada orang setengah baya merokok seenaknya didalam bus dan disampingnya ada ibu2 yang sedang hamil. Rupanya si ibu tersebut merasa sangat terganggu dengan asap rokok, tapi dia juga tidak berani menegur, hanya tangannya sibuk mengibas-ngibaskan asap rokok didepan mukanya. Saya sendiri yang berada dibelakang sang perokok juga merasa bingung alias tidak berani menegur, meski dalam hati kasihan juga melihat ibu tadi. Saya toleh kiri kanan depan belakang, cari dukungan, ternyata seluruh penumpang bis juga pada acuh2 bebek, alias sok tidak tahu. Pada saat yang tepat, ada 1 orang bule masih sangat muda membawa ransel besar mencari tempat duduk, dan menoleh samping saya ( kebetulan kosong ). Setelah duduk dia menyeka keringat sebentar dan langsung mencari sumber asap rokok, yang rupanya sudah memenuhi ruangan bus mini tersebut. Dia langsung menepuk pundak si perokok dan menegur supaya mematikan rokoknya ; NO SMOKING ... SIR, katanya Tegas, singkat dan spontan.... .. Itulah orang bule ..... sudah paham benar dengan HAK-nya  ..... .. beda dengan kita, yang suka ewuh pakewuh ( merasa sungkan, meskipun hak pribadi dirampas orang )

Lawang, 08 Februari 2012

@Teguhwur